Selesai jalan pagi, perut terasa kencang setiap sepuluh menit, namun Saya tidak tahu apakah itu kontraksi atau bukan. Yang Saya dengar sebelumnya, kontraksi itu nyerinya sepuluh kali lipat dari nyeri menstruasi. Pada saat itu, Saya tidak merasa nyeri. Sampai Ibu Saya bilang " mules masa ndak tau sih Ras?!" Karena Saya melulu bertanya apa yang Saya alami ini apakah kontraksi?
Menjelang jam 10, Ibu menanyakan pada adiknya, Lele Saya, untuk melihat apakah Laras (baca:Saya) apakah ada tanda-tanda akan melahirkan. Lele Saya mengiyakan kalau Saya sudah kontraksi. Yang Saya pikirkan kalau melahirkan harus punya banyak tenaga, jadi Saya bilang Ibu, untuk ke puskemasnya setelah dzuhur saja. Setelah Saya sholat dan makan, Saya diantar Ibu dengan mengendarai sepeda motor ke puskesmas. Apakah sakit ? Masih terasa kencang saja.
Pukul 13.30 sampai di Puskesmas, seperti biasa, Ibu disuruh mendaftar dahulu, sedang Saya dipersilahkan ke dalam ruang pemeriksaan. Selesai mendaftar, Saya dilakukan pemeriksaan dalam. Apakah sakit? iya ini sakit, ngilu sekali rasanya. Bidan yang memeriksa mengatakan Saya sudah pembukaan dua. Akhirnya Saya menghubungi Suami yang sedang di kantor daerah Serpong. Beliau bergegas ke Kemayoran. Tak lupa menghubungi Mertua dan teman-teman dekat di grup WA. Saya tidak boleh pulang dan disuruh menunggu di Puskesmas. Ibu menelpon orang rumah untuk minta dibawakan perlengkapan yang sebelumnya sudah disiapkan.
Saya memilih berjalan-jalan agar pembukaan bertambah. Bagian bawah perut mulai terasa nyeri, seperti ada jarum yang menusuk-nusuk ke jalan lahirnya. Semakin lama semakin terasa nyerinya, rasa nyerinya masih sebentar-sebentar. Saya masih berpikir nanti sholat ashar dimana karena tempat yang cukup sempit. Seorang teman, sempat menyarankan untuk "goyang inul" kalau ingin pembukaan bertambah. Di rumah, Saya melakukannya diatas gymball. Tapi di Puskesmas Saya malu melakukannya. Pukul 15.00 bidan menyarankan Saya mandi untuk bersih-bersih kalau masih sanggup menahan sakitnya. Saya mengiyakan untuk mandi. Akhirnya di kamar mandi ini lah Saya melakukan gerakan "goyang inul" sembari menyiram-nyiramkan perut Saya dengan air ketika nyeri itu terasa. alhamdulillah rasa nyerinya seperti dimanjakan, entah kenapa jadi lebih ringan nyerinya. Dan ternyata flek darah juga sudah mulai keluar, jadi Saya tidak sholat.
Sehabis mandi, Saya mulai bilang ke Ibu " sakit loh Bu duh duh duh" hihi ndak ada haru-harunya mau lahiran. Sementara Ibu malah bilang " nangis aja Ras kalo mau nggak kuat". Saya pun membalas tawa " siapa yang mau nangis." Saya pun berbaring ke sebelah kanan dan punggungnya diusap-usap oleh Ibu. Ibu ndak lepas-lepas mengusap-usap punggung Saya. Bidan datang untuk pemeriksaan dalam lagi. Pemeriksaan dalam tersebut kira-kira pukul 16.00, Bidan bilang sudah pembukaan 8. Saya malah merespon "kok cepet" dibalas bidan dengan "eh alhamdulillah cepet". Respon Saya yang begitu karena tak ingin lahiran tanpa suami. Suami belum juga datang, sementara pembukaan sudah delapan. Teknik pernafasan yang dulu Saya baca dibuku yang dipinjamkan oleh teman sangat terpakai di sini. Selanjutnya ada sensasi seperti ingin buang air besar dan itu sangat kuat. Tapi belum boleh di "dorong" karena masih pembukaan 8. Jadi Saya bertanya melulu sudah boleh mengejan belum.
Di pembukaan ke delapan ini Saya disuruh untuk posisi duduk kupu-kupu. Dan kalau sedang terasa mulesnya Saya harus menekan dengkul Saya kearah bawah. Akhirnya suami Saya datang, ada energi baru lagi untuk berjuang. Saya minum pocari sweat untuk tambahan tenaga. Pukul 17.00 Saya minta tiduran. Dan bilang ke asistennya sudah mules banget. Beliau memanggil bidan dan bidan menyiapkan peralatan.
Saya agak kesulitan menjelaskan posisinya. Saya tiduran dengan dengkul diangkat, tangan Saya memegang bagian pergelangan kaki dari arah dalam paha menuju luar. Saya tidak boleh mengeluarkan suara berteriak harus gigi bertemu gigi dan kepala saya terangkat dengan mata melihat perut dan ketika mules datang Saya harus mengejan sekuat-kuatnya. Karena banyak instruksi Saya sempat kebingungan dan terus megejan padahal mules sudah hilang, itu bikin capek kata Bu Bidan. Pada kesempatan ngejan ketiga pun Saya bingung jadinya mulesnya keburu hilang. hihi
Alhamdulillah Pada pukul 17.20 kalau tak salah ingat Mu'adz lahir ketika Saya mengejan untuk yang kelima kali.
Suara tangisnya membuat Saya haru dan menangis, tapi dimarah bu Bidan, ndak boleh nangis katanya. Suami terus membisikkan Alhamdulillah. Saya pikir perjuangan selesai, tapi penderitaan baru dimulai,hihi lebaynya. Bagian mengeluarkan ari-ari adalah kesakitan berikutnya. Katanya ari-ari Saya lengket jadi perlu diobok-obok hingga tuntas. Diobok-obok darimana? darimana lagi kalau bukan jalan lahir. Masya Alloh , kalau dari awal sampai lahiran bias tenang, dibagian ini Teknik pernafasan Saya ndak mempan. Saya berdzikir dengan suara lantang. Ya Alloh tolongin, Ya Alloh ampunin, Allohu akbar, dsb. Pada proses ini bidan bertanya " minun jamu ya kok lengket" suami saya menjawab " jamu klutuk" " itu jambuu" Saya menjawab walau dalam kesakitan. Sedikit tawa di proses ini.
Pada kehamilan 11 minggu Saya mengalami flek dan diberi obat penguat Rahim, beberapa teman bilang, itu penyebabnya ari-ari itu lengket. Tapi sampai Saya menulis inipun Saya tidak mencari kebenarannya. hhe dasar.
Setelah selesai ari-ari diambil. Hal yang menyakitkan selanjutnya adalah dijahit, walau Mu'adz sudah ada diatas dada Saya untuk IMD, tapi itu tetap tidak mengurangi rasa sakitnya. Saya mengambil nafas dalam dan saat mengeluarkannya badan Saya seluruhnya bergetar menahan sakitnya. Sempat minta jeda nanti saja Bu Bidan. Kata suami "ndak ada bedanya sekarang atau nanti sama-sama sakit, sekalian aja" "yaudah kamu aja nih" jawab Saya kesal. lalu ditertawakan oleh bidan dan yang ada disana.
Akhirnya jam 19.00 semuanya selesai.
Dan di puskesmas Ibu dan Anak tidak boleh ditemani oleh siapapun. waktu bonding Ibu dan anak. Jadi malam itu Saya tidur dengan Mu'adz dan beberapa Ibu baru lain dan juga bidan. Karena Saya diinfus Saya pun bolak-balik kamar mandi. Pukul 21.00 Saya ke kamar mandi sendiri. Dan Saya pipis dengan posisi jongkok. Benar saja, saat bangun dari jongkok Saya merasa akan jatoh dan Saya buru-buru buka kamar mandi dan tetiba badan Saya udah miring ke kiri yang mana itu pintu kayu. Teriaklah Saya " BU BIDAN BU BIDAN"
Itulah kali pertama dalah hidup Saya ngerasain pingin pingsan.
pertama kali diinfus.
pertama kali lahiran.
Masya Alloh .
Alhamdulillah.
Menjelang jam 10, Ibu menanyakan pada adiknya, Lele Saya, untuk melihat apakah Laras (baca:Saya) apakah ada tanda-tanda akan melahirkan. Lele Saya mengiyakan kalau Saya sudah kontraksi. Yang Saya pikirkan kalau melahirkan harus punya banyak tenaga, jadi Saya bilang Ibu, untuk ke puskemasnya setelah dzuhur saja. Setelah Saya sholat dan makan, Saya diantar Ibu dengan mengendarai sepeda motor ke puskesmas. Apakah sakit ? Masih terasa kencang saja.
Pukul 13.30 sampai di Puskesmas, seperti biasa, Ibu disuruh mendaftar dahulu, sedang Saya dipersilahkan ke dalam ruang pemeriksaan. Selesai mendaftar, Saya dilakukan pemeriksaan dalam. Apakah sakit? iya ini sakit, ngilu sekali rasanya. Bidan yang memeriksa mengatakan Saya sudah pembukaan dua. Akhirnya Saya menghubungi Suami yang sedang di kantor daerah Serpong. Beliau bergegas ke Kemayoran. Tak lupa menghubungi Mertua dan teman-teman dekat di grup WA. Saya tidak boleh pulang dan disuruh menunggu di Puskesmas. Ibu menelpon orang rumah untuk minta dibawakan perlengkapan yang sebelumnya sudah disiapkan.
Saya memilih berjalan-jalan agar pembukaan bertambah. Bagian bawah perut mulai terasa nyeri, seperti ada jarum yang menusuk-nusuk ke jalan lahirnya. Semakin lama semakin terasa nyerinya, rasa nyerinya masih sebentar-sebentar. Saya masih berpikir nanti sholat ashar dimana karena tempat yang cukup sempit. Seorang teman, sempat menyarankan untuk "goyang inul" kalau ingin pembukaan bertambah. Di rumah, Saya melakukannya diatas gymball. Tapi di Puskesmas Saya malu melakukannya. Pukul 15.00 bidan menyarankan Saya mandi untuk bersih-bersih kalau masih sanggup menahan sakitnya. Saya mengiyakan untuk mandi. Akhirnya di kamar mandi ini lah Saya melakukan gerakan "goyang inul" sembari menyiram-nyiramkan perut Saya dengan air ketika nyeri itu terasa. alhamdulillah rasa nyerinya seperti dimanjakan, entah kenapa jadi lebih ringan nyerinya. Dan ternyata flek darah juga sudah mulai keluar, jadi Saya tidak sholat.
Sehabis mandi, Saya mulai bilang ke Ibu " sakit loh Bu duh duh duh" hihi ndak ada haru-harunya mau lahiran. Sementara Ibu malah bilang " nangis aja Ras kalo mau nggak kuat". Saya pun membalas tawa " siapa yang mau nangis." Saya pun berbaring ke sebelah kanan dan punggungnya diusap-usap oleh Ibu. Ibu ndak lepas-lepas mengusap-usap punggung Saya. Bidan datang untuk pemeriksaan dalam lagi. Pemeriksaan dalam tersebut kira-kira pukul 16.00, Bidan bilang sudah pembukaan 8. Saya malah merespon "kok cepet" dibalas bidan dengan "eh alhamdulillah cepet". Respon Saya yang begitu karena tak ingin lahiran tanpa suami. Suami belum juga datang, sementara pembukaan sudah delapan. Teknik pernafasan yang dulu Saya baca dibuku yang dipinjamkan oleh teman sangat terpakai di sini. Selanjutnya ada sensasi seperti ingin buang air besar dan itu sangat kuat. Tapi belum boleh di "dorong" karena masih pembukaan 8. Jadi Saya bertanya melulu sudah boleh mengejan belum.
Di pembukaan ke delapan ini Saya disuruh untuk posisi duduk kupu-kupu. Dan kalau sedang terasa mulesnya Saya harus menekan dengkul Saya kearah bawah. Akhirnya suami Saya datang, ada energi baru lagi untuk berjuang. Saya minum pocari sweat untuk tambahan tenaga. Pukul 17.00 Saya minta tiduran. Dan bilang ke asistennya sudah mules banget. Beliau memanggil bidan dan bidan menyiapkan peralatan.
Saya agak kesulitan menjelaskan posisinya. Saya tiduran dengan dengkul diangkat, tangan Saya memegang bagian pergelangan kaki dari arah dalam paha menuju luar. Saya tidak boleh mengeluarkan suara berteriak harus gigi bertemu gigi dan kepala saya terangkat dengan mata melihat perut dan ketika mules datang Saya harus mengejan sekuat-kuatnya. Karena banyak instruksi Saya sempat kebingungan dan terus megejan padahal mules sudah hilang, itu bikin capek kata Bu Bidan. Pada kesempatan ngejan ketiga pun Saya bingung jadinya mulesnya keburu hilang. hihi
Alhamdulillah Pada pukul 17.20 kalau tak salah ingat Mu'adz lahir ketika Saya mengejan untuk yang kelima kali.
Suara tangisnya membuat Saya haru dan menangis, tapi dimarah bu Bidan, ndak boleh nangis katanya. Suami terus membisikkan Alhamdulillah. Saya pikir perjuangan selesai, tapi penderitaan baru dimulai,hihi lebaynya. Bagian mengeluarkan ari-ari adalah kesakitan berikutnya. Katanya ari-ari Saya lengket jadi perlu diobok-obok hingga tuntas. Diobok-obok darimana? darimana lagi kalau bukan jalan lahir. Masya Alloh , kalau dari awal sampai lahiran bias tenang, dibagian ini Teknik pernafasan Saya ndak mempan. Saya berdzikir dengan suara lantang. Ya Alloh tolongin, Ya Alloh ampunin, Allohu akbar, dsb. Pada proses ini bidan bertanya " minun jamu ya kok lengket" suami saya menjawab " jamu klutuk" " itu jambuu" Saya menjawab walau dalam kesakitan. Sedikit tawa di proses ini.
Pada kehamilan 11 minggu Saya mengalami flek dan diberi obat penguat Rahim, beberapa teman bilang, itu penyebabnya ari-ari itu lengket. Tapi sampai Saya menulis inipun Saya tidak mencari kebenarannya. hhe dasar.
Setelah selesai ari-ari diambil. Hal yang menyakitkan selanjutnya adalah dijahit, walau Mu'adz sudah ada diatas dada Saya untuk IMD, tapi itu tetap tidak mengurangi rasa sakitnya. Saya mengambil nafas dalam dan saat mengeluarkannya badan Saya seluruhnya bergetar menahan sakitnya. Sempat minta jeda nanti saja Bu Bidan. Kata suami "ndak ada bedanya sekarang atau nanti sama-sama sakit, sekalian aja" "yaudah kamu aja nih" jawab Saya kesal. lalu ditertawakan oleh bidan dan yang ada disana.
Akhirnya jam 19.00 semuanya selesai.
Dan di puskesmas Ibu dan Anak tidak boleh ditemani oleh siapapun. waktu bonding Ibu dan anak. Jadi malam itu Saya tidur dengan Mu'adz dan beberapa Ibu baru lain dan juga bidan. Karena Saya diinfus Saya pun bolak-balik kamar mandi. Pukul 21.00 Saya ke kamar mandi sendiri. Dan Saya pipis dengan posisi jongkok. Benar saja, saat bangun dari jongkok Saya merasa akan jatoh dan Saya buru-buru buka kamar mandi dan tetiba badan Saya udah miring ke kiri yang mana itu pintu kayu. Teriaklah Saya " BU BIDAN BU BIDAN"
Itulah kali pertama dalah hidup Saya ngerasain pingin pingsan.
pertama kali diinfus.
pertama kali lahiran.
Masya Alloh .
Alhamdulillah.
Komentar
Posting Komentar