Rabbi, aku mencintai ibuku, maka bila aku memang boleh menyayangi dan membahagiakannya, berilah kemampuan untuk menyayangi dan membahagiakannya. Bila kecukupan harta bisa membantuku membahagiakannya, sesungguhnya bukan harta yang aku minta. Tetapi bila cara itu memang bekerja, apa boleh buat, kenapa tidak jika aku memang harus menjadi orang yang kaya ? Sungguh sebenarnya bukan kekayaan yang aku inginkan, tetapi bila itu menjadi sebab bagi terwujudnya sesuatu yang kuharapkan dan Kau mengijinkannya, aku hanyalah perempuan biasa yang tak akan sanggup menolaknya.
Rabbi, aku menyanyangi bapakku, maka bila aku memang boleh membalas kebaikan hatinya yang telah menumbuhkan hidupku sampai ke titik ini, ijinkanlah aku melakukannya. Bila prestasi-prestasi, ketinggian pangkat dan derajat, posisi tawarku dihadapan masyarakat, dan apapun saja yang membanggakannya bisa menjadi perantara bagi untuk membahagiakannya. Sesungguhnya aku tak minta gemerlap dunia. Tetapi bila Engkau memperbolehkanku membalas kebaikan bapakku dan bila cara itu memang cukkup bekerja untuk mereaksikan senyawa kebahagiaan dihatinya, maka apa boleh buat, Rabbi, aku tidak akan macam-macam kepadaMu dengan lancang menolaknya.
Rabbi, aku menyanyangi adik-adikku, keluargaku. Aku juga tahu betapa mereka menyayangiku. Sia-sia hidupku jika tak pernah sanggup membahagiakan mereka. Maka tumbuhkanlah kepada diriku sayap-sayap kebaikan yang bisa membantu mereka menerbangkan do'a-do'a dan harapannya kepadaMu. Kabulkanlah do'a-do'a mereka. Ini bukan tentang menjadi seseorang, ini soal menjadi bagian dari rencana indah-Mu tentang hidup yang menghidupi dan hidup yang menghidupkan.
-diambil dari buku Yang galau, yang meracau(Fahd Djibran)-
Komentar
Posting Komentar